Langsung ke konten utama

POV: Belajar Mencintai Pekerjaan



Halo Hai!
Akhirnya aku kembali menulis lagi setelah sekian lama. Jujur saja, tulisan ini kutujukan pertama-tama untuk diriku sendiri. Tapi jika suatu saat nanti bisa bermanfaat juga bagi orang lain yang membacanya, aku akan sangat bersyukur.

Kali ini, aku ingin sedikit berbagi sekaligus mengevaluasi tentang satu hal penting dalam hidupku saat ini: belajar mencintai pekerjaan.

Tidak Pernah Ada dalam Rencana, Tapi Nyata Terjadi

Saat ini aku menjalani sebuah pekerjaan yang… jujur saja, tidak pernah masuk dalam daftar mimpi atau cita-citaku. Awalnya aku melamar karena dorongan orang tua. Tanpa ekspektasi, tanpa rencana besar. Tapi ternyata, aku lolos dan mulai bekerja di bidang ini.

Semuanya terasa sangat baru bagiku. Banyak hal yang tidak aku mengerti. Banyak hal yang harus kupelajari dari nol. Dan di tengah semua proses ini, aku sering bertanya dalam doa:

"Tuhan, kenapa aku? Apa yang bisa aku berikan di sini? Apa benar ini tempatku?"

Hari demi hari aku mencoba belajar, mencoba memberi yang terbaik. Tapi tak bisa dipungkiri, rasa lelah, bingung, bahkan ingin menyerah, kerap kali datang. Perbedaan ritme kerja, budaya kerja, dan tekanan dari proses adaptasi sering membuatku menangis dalam diam.

Namun, hatiku selalu menjawab: “Jangan menyerah.”

Dan kalimat yang selalu terlintas dalam doaku adalah:

“Cintailah pekerjaanmu.”

Maka inilah aku sekarang — sedang belajar mencintai pekerjaanku. Berikut beberapa hal yang kubelajari dalam proses ini:


🌱 1. Mensyukuri Kesempatan dari Tuhan

Mungkin ini bukan rencanaku, tapi ini rencana Tuhan.
Mungkin aku tak memulainya dengan semangat, tapi nyatanya aku terpilih — dan itu bukan hal sepele. Di luar sana, banyak orang berjuang keras untuk posisi yang sekarang kumiliki, tapi belum mendapat kesempatan.

Dan aku… berhasil.
Aku tahu ini adalah bentuk kasih Tuhan, juga bentuk cinta orang tuaku. Mereka mendorongku bukan karena ambisi, tapi karena mereka ingin yang terbaik untukku.

Jadi, terima kasih, Tuhan. Dan terima kasih untuk diriku — karena telah berani mencoba.


📚 2. Learning by Doing

Kalimat ini sering aku dengar dari atasan di kantor, dan entah mengapa... menenangkan.
Sederhana, tapi sangat relevan.

Sebelumnya, aku dipenuhi rasa takut: takut salah, takut tertinggal, takut tak mampu. Tapi sejak aku menerima konsep belajar sambil jalan, semuanya jadi lebih ringan.

Aku mulai menikmati prosesnya — meski pelan, tapi pasti.


🎯 3. Berikan yang Terbaik, Sisanya Serahkan

Aku menyadari bahwa banyak kekhawatiran datang dari sifat perfeksionisku.
Aku terlalu memikirkan banyak hal — bahkan yang di luar kendali, seperti pendapat orang lain.

Sekarang, aku sedang belajar: lakukan yang terbaik yang bisa aku lakukan, lalu lepaskan. Tak semua hal harus sempurna. Tak semua hal bisa aku kontrol.

Dan itu tidak apa-apa.


💡 4. Percaya Diri dan Tegas dengan Nilai yang Dimiliki

Belakangan ini, aku merasa sering meragukan diriku sendiri. Padahal, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku tahu caranya. Tapi aku ragu. Dan saat ragu, aku jadi mudah bergantung pada pendapat orang lain — hingga akhirnya kehilangan arah dan kurang dihargai.

Tapi sekarang, aku ingin berubah.
Aku ingin percaya bahwa aku bisa, aku pantas, aku punya nilai.
Kalau aku saja tidak percaya pada diriku, bagaimana orang lain bisa percaya?


🌻 5. Validasi Perasaanmu, Lanjutkan Prosesnya

Usiaku masih muda. Perasaan bingung, takut, bahkan ingin menyerah… menurutku wajar saja.

Tapi ini bukan alasan untuk berhenti.
Ini justru kesempatan untuk bertumbuh dan mencari makna dari setiap rencana Tuhan. Aku yakin perjalanan ini masih panjang, dan pasti akan ada jatuh bangunnya.

Tapi selama aku terus belajar dan mengevaluasi diri, aku percaya aku akan menjadi versi terbaik dari diriku sendiri.

Ingat juga yah, gagal itu bagian dari proses. Yang penting adalah bagaimana kita mengakui kesalahan kita, dan belajar unutk memperbaikinya. Yang tau kamu, proses kamu, perjalannan kamu, adalah dirimu sendiri. Jadi jangan biarkan pendapat atau kata-kata negatif oranglain mematahkan semangat dan mimpimu. 


Penutup: Untuk Diriku di Masa Depan

Terima kasih karena telah memilih untuk terus belajar dan berproses.
Terima kasih karena tetap melibatkan Tuhan dalam setiap langkahmu.

Aku percaya kamu — versi diriku di masa depan — telah menjadi pribadi yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih bijaksana.

Tetap semangat, dan tetap jadi dirimu yang sederhana, tulus, dan apa adanya.

I love you so much. 💗💜


Kalau kamu juga sedang menjalani pekerjaan yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya, dan masih merasa asing atau bingung… tenang, kamu tidak sendiri. Mungkin, lewat jalan ini, kamu sedang dibentuk menjadi pribadi yang lebih hebat dari yang kamu bayangkan.

Semangat terus ya, kamu pasti bisa!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Kuliah cocok buat kamu yang sedang atau akan berkuliah : Bisa Selesai Tepat Waktu + Bermutu!🎓  Hai-hai Sobat Perkuliahan! 👋 Kali ini saya Vidi Jemaan mau sharing cerita dan Tips sederhana seputar Perkuliahan :) Wih cie..cie, udah mau jadi Mahasiswa aja nih! Ada yang udah jadi Mahasiswa! Ehh ada yang udah jadi Kating juga Nih! Selamat & semangat yaa! 🎉 Terima kasih karena kamu sudah meluangkan waktu untuk membaca tips ini. Itu tandanya kamu sudah punya poin pertama yang sangat penting dalam dunia perkuliahan, yaitu... 💪 1. Punya Kemauan-Tekad yang Kuat & Ingat Latar Belakang Keluarga-Mu Menurut saya, kalau kamu udah nyari-nyari tips kuliah, itu tandanya kamu punya energi intrinsik yang besar dalam diri kamu. Ini bakal jadi modal utama buat kamu bertahan dan sukses selama kuliah. Semangatmu ini akan mendukung semua tips berikutnya! Saya percaya ketika kamu memutuskan untuk kuliah, kamu pasti punya tujuan yang ingin kamu capai kan? Kamu harus konsisten dan ...
  10 Pertanyaan & Pernyataan Random yang Suka Bikin “Darting” di Umur 20-an (dan Cara Tetap Positif Menanggapinya) Umur 20-an itu fase paling rame: lulus kuliah (atau belum), kerja (atau belum), jomblo (atau nggak), dompet kadang tebal, kadang tipis. Di fase ini, banyak orang tiba-tiba jadi life auditor yang suka bertanya hal-hal random yang bikin dada panas. Nah, biar nggak stres, yuk kita bedah satu per satu. 1. “Kapan wisuda? Kok lama ya? Tuh yang lain udah pada wisuda :(” Kenapa nggak perlu ditanya: Setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing. Ada yang cepat, ada yang santai. Perbandingan itu cuma bikin orang minder tanpa alasan. Cara hadapi positif: Jawab dengan senyum, “Wisuda sih pasti, tapi aku lagi fokus nikmatin prosesnya dulu.” Pikiran positifnya: proses lama bukan berarti gagal, kadang malah bikin hasilnya lebih matang. 2. “Wih udah lulus tapi kok belum kerja juga?” Kenapa nggak perlu ditanya: Nyari kerja itu nggak semudah ganti status WA. Kadan...